Warga Katimbang Dilibatkan dalam Sosialisasi Sistem Peringatan Dini Banjir oleh INANTA dan BPBD Makassar

JURNALIS-BERTASBIH.COM, MAKASSAR – Yayasan Inanta dan Yayasan Cita Wadah Swadaya (YCWS) bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, menggelar sosialisasi Sistem Peringatan Dini (SPD) banjir berbasis komunitas di Kelurahan Katimbang, Kecamatan Biringkanaya, Rabu, 8 Mei 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Kedai Menanti Blok AF RW 07 ini dihadiri oleh Tim Kampung Siaga Bancana (KSB) Kelurahan Katimbang yang diketuai oleh Ruslan sekaligus Ketua LPM Kelurahan Katimbang, para perwakilan Plt RT/RW, tokoh masyarakat, dan warga sekitar. Sosialisasi ini merupakan bagian dari program Community Led Early Action and Resilience (CLEAR), yang telah berjalan sejak akhir 2023 di empat kelurahan rawan banjir di Makassar: Katimbang, Paccerakkang, Tamangapa, dan Manggala.

Amirullah, perwakilan dari INANTA, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko banjir, khususnya di wilayah yang tergolong rawan.

“Kami ingin masyarakat di tingkat RT dan RW memiliki panduan terstruktur mengenai peringatan dini banjir. SOP yang kami susun hari ini adalah bagian dari upaya itu. Semua ini didukung oleh hibah dari DFAT Australia, melalui Act for Peace dan Australian NGO Cooperation Program (ANCP),” ujar Amirullah kepada jurnalisbertasbih.com.

Amirullah menambahkan, INANTA merupakan organisasi pelaksana yang bermitra dengan YCWS Jakarta dan berkoordinasi langsung dengan Pemerintah Kota Makassar dan BPBD.

Namun demikian, kegiatan ini tidak lepas dari sorotan warga setempat yang sudah bertahun-tahun terdampak banjir, salah satunya di BTN Kodam III yang masuk wilayah RW 07 Kelurahan Katimbang.

Plt RT 03 Perumahan BTN Kodam 3 Katimbang, Samaila, secara kritis mempertanyakan efektivitas sosialisasi sistem peringatan dini ini. Ia menilai bahwa meski sosialisasi terus dilakukan, banjir tetap berulang dan tak kunjung teratasi.

“Kami menyambut baik adanya sosialisasi. Tapi pertanyaan kami, sejauh mana dampaknya terhadap kondisi nyata di lapangan? Di BTN Kodam III, banjir terus berulang setiap hujan deras. Warga sudah lelah. Kami butuh solusi yang lebih nyata, bukan hanya peringatan,” ujar Samaila saat sesi tanya jawab berlangsung.

Samaila juga mendorong agar kegiatan seperti ini dibarengi dengan aksi nyata dari pemerintah kota, seperti normalisasi saluran air, peningkatan kapasitas drainase, dan penataan wilayah rawan banjir secara menyeluruh.

Sementara itu, perwakilan INANTA yang hadir dalam kegiatan ini mengakui bahwa sistem peringatan dini hanyalah salah satu instrumen dari rangkaian upaya penanggulangan banjir. “Sinergi dari berbagai sektor, termasuk perencanaan tata ruang dan pelibatan masyarakat secara aktif, menjadi kunci penting untuk jangka panjang,” katanya.

Program CLEAR yang diusung ini mengedepankan keterlibatan komunitas lokal dalam mendeteksi potensi banjir dan menyusun langkah awal penyelamatan. Harapannya, masyarakat dapat bertindak lebih cepat dan terkoordinasi sebelum dampak banjir meluas.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa selain edukasi, masyarakat juga menanti solusi konkret yang langsung menyentuh akar persoalan banjir yang sudah menjadi rutinitas tahunan di beberapa wilayah Makassar. (Iman Sadewa Rukka/jb)

Share the Post: