
FAJAR, MAKASSAR – Yayasan INANTA bersama Yayasan Cita Wadah Swadaya (YCWS) menggelar evaluasi tahunan program Community-Led Early Action and Resilience (CLEAR). Annual revuew ini merupakan agenda kali kedua yang mereka lakukan, dengan dukungan DFAT Australia dan Act for Peace. Agenda yang berlangsung di Swiss-Belinn Panakkukang, Selasa, 24 Juni ini dikemas dalam bentuk paparan hasil program dan dialog interaktif yang diikuti 53 peserta dari lintas instansi.
Termasuk juga diskusi pembelajaran dan tantangan program CLEAR. Juga aksi antisipasi merespons peringatan bencana banjir Makassar.
Project Manager Inanta, Harun Tambing menyampaikan, program CLEAR aksi antisipasi merespon peringatan dini bencana telah diimplementasikan sejak dua tahun lalu di empat kelurahan yang paling berisiko tinggi terdampak banjir, yakni Katimbang, Paccerakkang, Manggala, dan Tamangapa.
”Jadi sebelum melangkah di tahun ketiga, Inanta dan YCWS menyelanggarakan evaluasi partisipatif. Mereview capaian program selama dua tahun terakhir, yang mencakup pelaksanaan berbagai kegiatan penguatan kapasitas,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, beberapa capaian yang ditorehkan program CLEAR dalam dua tahun terakhir, antara lain pelatihan radio komunikasi untuk mendukung jaringan komunikasi antara Tim Kampung Siaga Bencana (KSB) dan BPBD Makassar.
Kemudian, pemetaan bahaya dan kerentanan dan kapasitas kelurahan (CVCA). Juga pelatihan dan sosialisasi pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim kepada masyarakat dan anak sekolah.
”Ada juga pemberian bantuan usaha untuk kelompok rentan terdampak banjir, kemudian peningkatan ketahanan penghidupan melalui pelatihan dan akses terhadap mata pencaharian alternatif,” jelasnya.
Dia juga menyampaikan, program CLEAR berhasil mendorong pencapaian tiga outcome utama. Pertama, meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan masyarakat, dalam menilai risiko iklim dan bencana serta bertindak secara mandiri.
Kedua, mitigasi pro aktif terhadap dampak bencana melalui penerapan tindakan antisipatif dan penguatan sistem peringatan dini. Terakhir, peningkatan akses terhadap penghidupan alternatif untuk mengurangi risiko dampak bencana dan penyebab perpindahan.
Kata dia, salah satu pembelajaran penting yang diangkat adalah pelaksanaan aksi antisipatif merespons peringatan dini bencana. Itu akan optimal jika didahului oleh beberapa penguatan kesiapsiagaan.
Seperti penguatan tim siaga bencana kelurahan, pelatihan penanggulangan bencana dan perubahan iklim, kajian kerentanan dan kapasitas masyarakat (CVCA), penyusunan dokumen RPB, Renkon Banjir, Protokol Aksi Antisipasi meresponse peringatan dino bencana. Pengembangan Sistem peringatan dini yang inklusif, juga simulasi dan pertemuan rutin tim.
Namun begitu, program ini menghadapi tantangan penting dalam implementasi aksi antisipasi yang bergantung pada kejelasan mekanisme pemicu, serta ambang batas yang telah disepakati pemerintah dan masyarakat, serta strategi integrasi lanjutan pendanaan tingkat kota dan pusat, yang dapat direplikasi pemerintah.
”Meski proyek CLEAR telah mendukung dari sisi keuangan, tapi perlu komitmen dan regulasi dari pemerintah untuk keberlanjutan. Dalam hal ini, Peraturan BNPB No. 2 Tahun 2024 tentang Aksi Merespon Peringatan Dini, menjadi acuan penting yang perlu didorong implementasinya di tingkat lokal,” terangnya.
Tantangan lain juga muncul dari resistensi sosial masyarakat yang enggan melakukan pengungsian mandiri sebelum banjir benar-benar terjadi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi Tim KSB dalam melaksanakan protokol aksi antisipasi secara efektif.
Selain itu, sistem peringatan dini banjir yang dikembangkan oleh Tim KSB, pemerintah kelurahan, dan komunitas, perlu diperkuat dengan membangun keterhubungan langsung dengan sistem EWS Kota Makassar. Harapannya, agar menjadi sistem yang terintegrasi dan responsif.
”Partisipasi aktif masyarakat sangat menonjol dalam proses pelaksanaan CLEAR. Melalui sesi informasi, pelatihan, dan lokakarya, warga tidak hanya memahami perubahan iklim dan risiko bencana, tetapi juga mampu menyusun rencana aksi konkret dan dokumen penanggulangan bencana yang dibutuhkan di wilayah mereka,” ucapnya.
Keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan lintas sektor, termasuk dari pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal. Salah satu hasil signifikan adalah adanya mekanisme seleksi berbasis data yang melibatkan pemerintah dalam menentukan penerima dukungan modal usaha dan peserta pelatihan penghidupan tangguh.
”Dengan komitmen bersama dan kolaborasi lintas aktor, Program CLEAR terus menunjukkan kontribusi nyata dalam membangun ketangguhan masyarakat perkotaan di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks,” tutupnya. (wid)